BAWAKALEM. Berjalan dibawah serbuan titik air yang deras, membasuh nestapa atas perihnya kehilangan
Membanjiri masalalu, tanpa tau apa itu rindu
Mungkin, pengalaman tentang menangis dibawah gerimis, akan terkenang begitu manis
Namun, hendaklah kau sadari, bahwa cinta, bukanlah taman safari
Kau paham, berapa banyak manusia yang mendamba hujan menyapa?
Tapi perhatikanlah, ketika yang di damba datang menemuimu karena rindu
Apa kau bersedia merentangkan tanganmu, walau basah membanjiri tubuhmu?
Kau memilih berlari menjauh, berteduh
Berhentilah mengagung agungkan cinta
Jika kau hanya merinduinya ketika hilang, dan menghujatnya ketika datang
Karena terkadang, cinta tak selalu membawa kebahagiaan
Namun yang pasti, kebahagiaan selalu mendatangkan cinta
Secangkir kopi hangat yang tertuang, begitu sempurna menemanimu dikala sendu
Dibalik kaca yang terciprat rintik hujan, kau kembali syahdu
Aku memperhatikanmu dari jarak jauh
Manusia yang kau hujat, meski aku selalu mengagumimu
Tak mengapa, dari kopipun kau dapat menikmati
Pahit yang terasa, dapat kau syukuri
Karena setidaknya, harumnya dapat kau resapi
Apa masih, aku berarti?
Sayup terdengar, hatimu meringis lirih
Mengapa? Adakah kesalahanku yang kau nanti?
Atau masih terkenangkah luka dariku yang tertanam dihati?
Maafkan aku karena cintaku terhenti, diantara rintik hujan yang menjadi saksi.
Penulis:
Shopia D’efrina
Facebook Comments
